Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Nana…Gue Nyesel.

“Nana . ” Begitulah suara yang keluar dari mulut cewe ramping itu, ketika gue menjabat tangannya. “Okto , ” gue bales. “Senang kenalan sama kamu , ” dia tersenyum . B ibirnya yang tipis melengkung keatas . D uuuh , manisnya! Brrrrr . “Heh! Udah , lepasin tangan , lo!” Arkan sohib gue sambil berbisik menegur . “Eh… i-…iya… iya… sama - sama , ” segera gue lepasin jabatan dari tangan halus cewek bernama Nana itu . “Emang terimakasih? Jawabnya sama-sama?” Arkan godain . Gue nyengir . “Nah… udah kenalan, kan? Gimana menurut kalian masing-masing? Apa ada posisi tawar? Kurang puas mungkin? Komplain?” Arkan yang sok jadi mak comblang bersuara renyah. “Udah ah. Kamu i n i …” Risa langsung menyela, “biarin mereka kenal lebih jauh dulu.” Risa pacarnya Arkan. “Duduk dulu,” Risa nyuruh kami buat duduk di meja kafe yang udah dipesan sebelumnya. Kami berempat duduk semeja, di meja berbentuk persegi panjang kecil. Gue berhadapan dengan cewe bernama Nana i tu, dan Arkan di

Batagak Tunggak Tuo

Gambar
Tunggak Tuo yang telah berdiri gagah. Sebenarnya saya sudah lama ingin menulis catatan ini, namun apa daya, karena kesibukan (sok sibuk) dan waktu terbatas, serta (paling utama) mood menulis yang naik turun, membuat catatan ini terus tertunda. Catatan kali ini lagi-lagi ga berjauhan tentang acara peliputan lapangan atau bahasa kerennya, Journalist on Duty (cieheee). Hari Minggu yang cerah kala itu, tanggal 1 Februari 2015, saya dan tim surat kabar tempat saya bekerja kembali terjun ke lapangan. Kali ini daerah liputan kami cukup jauh dari Kota Bukittinggi (tempat kantor berada), yaitu di di Nagari  Sumpua Kecamatan Batipuah Selatan Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat. Nagari ini cukup dekat dengan salah satu objek wisata terkenal di Sumatera Barat, Danau Singkarak. Bagi pecinta film Indonesia, mungkin kata ‘Batipuah’ cukup akrab di telinga, ya Batipuah diceritakan dalam salah satu film terbaik sepanjang masa Indonesia, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, yang di

Rambo dan Jacky, Mungkin Adalah Alasan Wenger Tidak Membeli Fabregas

Gambar
Sumber: Wallpaper Barcelona Suatu hari di bulan November 2004 dalam laga panas North London Derby di White Hart Lane musim 2004-2005 EPL, Arsenal menduetkan Vieira dengan bocah berusia 17 tahun bernomor punggung 15 di lini tengah. Walau tidak terlalu mencolok selama pertandingan, namun sebuah assistnya yang berujung gol keempat Arsenal membuat mata siapapun terbuka bahwa calon supertsar Arsenal telah lahir. Proses assist ini mempelihatkan betapa dengan jeniusnya si bocah ini memberi assist pada Ljungberg yang gerakannya di dalam kotak penalti sedikit ‘dihiraukan’ barisan belakang Tottenham karena disangka offside dan mereka lebih memberi perhatian kepada Pires yang menusuk ke kotak penalti dari sisi kanan. Akan tetapi Killer Pass alumnus La Masia ini kepada Ljungberg sukses mengecoh hampir 4 bek berpengalaman Totts dan berujung gol keempat Arsenal dalam derbi trengginas 9 gol itu (4-5 untuk kemenangan Arsenal). Komentator pun ikut memekik “brilliant” sebanyak tiga kali menyak