BUTIRAN-BUTIRAN CINTA UNTUK DIRA
Pagi Dira...
Hari ini kurasakan kembali betapa indahnya
pagi...
Ya... ini semua karena kamu selalu mengisi
kekosongan hatiku…
Huaaahemm… aku
bangkit dari tempat tidurku… aku terduduk… kepalaku masih terasa berat… kemudian
aku tersenyum sendiri… ketika teringat tawa kecil Dira yang terdengar bak
melodi indah di telingaku… ya… setiap aku terbangun dari tidurku… tawanya,
senyumnya, cemberutnya, wajahnya… selalu terlukis indah… yang selalu menyambung
mimpi indahku semalam… haaaah… Dira… aku rindu kamu… kapan ya kita bisa ketemu
lagi…? Aku kangen banget… tapi kerjaku di kantor masih banyak… aku terlalu
sibuk… kuharap kamu ga marah… mungkin nanti ketika aku senggang… kita akan bisa
bertemu… hehehe…
Kulangkahkan
kakiku… menuju kantorku… yaa… dalam usia yang masih 24 tahun ini… aku sudah
terbilang mandiri… aku telah menduduki kursi chief executive manager bagian
marketing di perusahaanku… suatu hal yang cukup membanggakan menurutku…
Langkahku
terhenti ketika pandanganku tertuju pada dua muda – mudi yang sedang berjalan
mesra berangkulan… pagi – pagi sudah mesra… aku kembali tersenyum… Dira… coba
kau ada disini… tentu aku tak perlu memperhatikan mereka… karena aku mempunyai
sesuatu yang jauh lebih menarik daripada sekedar memperhatikan mereka berdua…
yaitu… segenggam cinta yang selalu merangkul hangat diriku… yang tak lain dan
tak bukan adalah… kamu… Dira…
Siang Dira…
Hari ini kurasakan kembali betapa sejuknya
siang yang panas…
Ya… senyumanmu lah yang selalu membuatku
begitu…
Suasana kantor
yang ruwet… rekan – rekan kerja yang itu – itu saja sejak 2 tahun aku bekerja
disini… relasi – relasi bisnis yang datang dan pergi menemuiku… berkas –
berkas, dokumen – dokumen, file – file yang menumpuk di meja kerjaku… adalah gambaran
rutinitasku di kantor… yang nantinya akan kutumpahkan ketika aku bertemu
denganmu Dira… lalu… kulihat ponselku… ada pesan masuk… kembali… aku tersenyum…
pesan darimu Dira… yang selalu… terus… tak pernah lelah menanyakan kabar dan
keadaanku disini…
Apa sedang sibuk…?
Apa tidak lelah…? Apa sudah makan…? Atau apa kamu tidak rindu padaku…?
Semua
pertanyaanmu bak cahaya lembut yang menerangi setiap sudut hatiku yang tadinya
padam ketika aku bergelut dengan semua rutinitasku… suhu temperatur udara yang
terus meningkat belakangan ini… tak pernah membuatku kegerahan… hanya kesejukan
yang kurasakan ketika kuingat senyumanmu…
Yaah… kaulah
pelitaku… Dira…
Kupijakkan
kakiku… sinar matahari senja yang lembut menerpa wajahku yang lelah… walau
sebenarnya fisikku kelelahan… tapi hatiku tetap semangat… kulangkahkan kakiku
cepat… ingin segera pulang… ingin mengistirahatkan tubuhku… agar lekas sampai
di apartemenku… tapi… langkahku terhenti disebuah taman kecil… dimana dua bocah,
laki – laki dan perempuan… sedang main ayunan… bocah perempuan yang sedang
makan es krim duduk dibuai – buai di atas ayunan… sedang bocah laki – laki
keliatan ceria mendorong buaian si anak perempuan… mereka saling tertawa riang…
dengan dihiasi cahaya lembut senja sebagai latar belakangnya… terlihat olehku
pemandangan siluet indah yang membuat hati siapapun sejuk… aku tersenyum
kembali… haaaah… betapa indah dunia yang diciptakan oleh-Nya… seketika, aku
teringat lagi senyumanmu Dira… uuugh… aku benar – benar rindu padamu… nanti
kalau sempat aku juga akan mengajakmu ke taman ini… aku juga akan membuai –
buai dirimu yang telah lama menungguku… nanti… kita juga akan beli es krim…
makanan kesukaanmu… tentu rasa melon kan…?
Malam Dira…
Hari ini kurasakan kembali betapa
menyenangkannya semua aktifitasku…
Ya… karena dirimu tak pernah lepas dari
pikiranku…
Malam yang
dingin menusuk kulitku… dan kebetulan sekali pemanas ruanganku rusak… aku tak
bisa tidur dibuatnya… aku juga masih sedikit kesal… ketika tadi aku coba
memperbaikinya tapi tak berhasil… ketika kuhubungi tukang servis, tapi tak
diangkat – angkat panggilanku… huuuuh…!!
Namun semua
kekesalanku lenyap ketika membayangkan akan bertemu denganmu besok Dira… yaa…
tadi di kantor ada pengumuman bahwa selama 3 hari kami akan diliburkan…
dikarenakan boss kami mengadakan pesta menyambut kelahiran cucu pertamanya…
beliau kelihatan senang… tentu juga aku… beliau telah menantikan kelahiran
cucunya yang pertama… begitu juga aku… yang juga telah lama menunggu waktu
untuk bertemu denganmu Dira… karena itulah aku pulang lebih awal tadi… aku
sungguh tak sabar menunggu besok… ingin bertatap muka denganmu… melihat
senyummu… ngobrol denganmu… berbagi cerita denganmu… tertawa dengamu…
membelaimu… semua… semua…! Karena aku sungguh – sungguh mencintaimu… dan entah
karena terlalu bahagia atau karena kelelahan oleh pekerjaan di kantor... malam
yang dingin dan mataku yang tadi sulit terpejam… tanpa sadar aku terlelap
begitu saja ketika aku terus membayangkan pertemuan besok…
Hai Dira…
Hari ini aku akan bertemu pelitaku…
Aku akan bertemu cahaya hatiku…
Aku tak bisa menggambarkan betapa
bahagianya aku hari ini…
Karena telah lama berjuang melawan sepiku…
Menaklukkan semua godaan yang
menghalangiku…
Selama ini…
Demi… untuk… bertemu…
Pelitaku… cahaya hatiku…
Yaitu… kamu…
Dira…
Pagi – pagi
sekali aku sudah berangkat untuk menemuimu… kulihat jam tanganku… pukul 7.30…
aaah… pagi yang dingin… langit mendung seperti akan hujan… tapi hal ini tak
membuat semangatku lenyap walau memaksaku mengenakan jaket hangat… hadiah
darimu… pasti kau akan senang nanti melihatku memakai ini pada saat kita
bertemu… aku tak sabar… kulangkahkan kakiku cepat menyusuri jalan… senyum terus
mengembang di wajahku… yang kurasakan sejak aku keluar dari apartemen… menuju
tempat pertemuan kita… dalam perjalanan… semua orang yang kutemui… kusambut
dengan senyumanku dan kusapa…
tua… muda… kaya…
miskin… laki – laki… perempuan… ganteng… cantik… jelek… kurus… gendut… tinggi…
pendek…
semua… semua
kusapa… karena kuingin buktikan pada mereka, pada dunia, bahwa aku benar –
benar mencintaimu… menyayangimu… setulus hatiku… dan kubagikan kebahagiaanku
ini pada mereka… agar mereka ikut berbahagia… lalu tiba – tiba seorang florist[1]
manis yang kutemui di jalan ketika aku lewat di depan toko bunganya, memberiku
sebuket bunga segar… secara cuma – cuma… dia tersenyum seakan memberiku
semangat dan mendukung kita… betapa bahagianya aku saat ini… hahahaha…!
Aku mulai deg –
degan… ketika langkahku mulai dekat menuju gerbang pertemuan kita… tempat yang
selama 3 tahun ini selalu jadi tempat pertemuan kita… kuhentikan langkahku
ketika berada tepat selangkah lagi di depan gerbang… kukitari pandanganku… dan
aku dapat melihatmu berdiri anggun disana… aku melihat punggungmu… kau tak
menyadariku… sepertinya kau telah lama menantiku… haha… ku sembunyikan bunga dibelakang
punggungku dengan kedua tangan… agar nanti kau terkejut ketika tiba – tiba aku
mengeluarkannya bak seorang pesulap… kulangkahkan kakiku pelan – pelan menuju
ke arahmu… ketika dekat dan aku sudah berada di hadapanmu… kau agak terkejut
menyadari kedatanganku… lalu… tersenyum manis padaku… aku tau arti senyuman
itu… senyuman rindu… akupun membalas senyuman itu… lalu kukeluarkan buket bunga
yang tadi kusembunyikan dibelakangku… yang langsung mengeluarkan aroma harum
mengitari kita berdua… kau terkejut… ternganga… kuserahkan bunga itu padamu…
kau kembali tersenyum… aku… aku bahagia sekali melihat senyumanmu… serasa dunia
ini hampa… putih… hanya ada kita berdua… yaa… hanya kita berdua…
“Sudah lama nunggu aku ya…?”
kukeluarkan suaraku…
Kau
memandangiku… tapi kau diam…
“Maaf ya… aku telat…” aku kembali
berkata…
Tapi… Dira… kamu
tetap diam…
“Kamu marah ya…?” aku terus
bertanya…
Kamu tersenyum…
tapi tetap membisu…
“Baiklah… aku mengerti… ngerti kok…
kamu marahkan…? Aku udah lama ga nemui kamu…?”
“Maaf ya…? Pekerjaanku di kantor
lagi banyak – banyaknya… jadi waktuku tambah lama tambah sedikit…” kupandangi
lagi dirimu…
Kamu tetap saja
diam dan tersenyum… seolah tak ingin memarahiku… membentakku… mengomeliku…
uuugh… ini hal yang membuat aku tambah sayang padamu…
“Eh… bagaimana bunganya…? Baguskan…?
Wangikan…? Hehe…”
Lalu baru
kusadari… tubuhmu agak kotor… mungkin kamu ga sadar ketika menunggu aku tadi
ya…? Hehe… lalu… Kuusap kepalamu… wajahmu… kuusap seluruh tubuhmu… dengan semua
ketulusanku… dengan segala kasih sayangku… bunga pemberianku tetap kau pegang
kokoh… tak mau lepas… seolah itu barang yang sangat berharga… selesai kuusap
seluruh tubuhmu… kupandangi lagi dirimu… sudah lebih bersih… lebih cantik… dan
kau kembali lempar senyumanmu yang tulus itu… akupun tersenyum… tapi… entah
kenapa… airmataku mengalir… diikuti hujan yang mulai turun rintik – rintik
membasahi kita… tiba – tiba saja hatiku jadi iba… dadaku jadi sesak… semua
harapan – harapanku… impianku… angan – anganku… sirna begitu saja… Dira… maaf tiba
– tiba aku menangis… Dira… maaf jika aku telah membuatmu kecewa… Dira… maafkan
aku… selama ini…
3
tahun lalu… Di Rumah Sakit itu… kau terbaring lemah… sekarat…
“Rev… lupain aja aku
ya…?”
“Ngga Dir… aku ga
sanggup lupain kamu Dira…”
“Harus… kamu harus lupain
aku ya…?”
“Jangan…! Aku ngga
mau…!”
“Kamu bener sayang
aku…?”
“Iya… aku sangat sayang
kamu… cinta ma kamu…”
“Kamu pengen liat aku
bahagia kan…?”
“Iya… tentu… apapun
akan kulakukan…”
“Makanya kamu harus
lupain aku… cari cewe yang lebih baik dari aku ya…?”
“Ngga… kalo itu aku ga
mau… cuma kamu dihatiku Dira… cuma kamu…!”
“Hehehe… jangan egois
githu… uhuk… uhuk…”
“Dira… udah jangan
ngomong lagi… ya… liat keadaan kamu…”
“Rev… Revin… aku… udah
ga sanggup lagi… aku ga tahan lagi…”
“Ngga Dira…! Jangan
Dira…! Kamu harus kuat…! Dira… Dira… Dira…!? DIRAAAA…!!!”
Yaa… selama ini
aku ga bisa bikin kamu bahagia… selama ini aku terus… dibayangi… dihantui…
dikuasai… oleh imajinasi tentang kamu… kujalani hari – hari terus dengan
memikirkanmu… hatiku tak bisa menerima kepergianmu yang begitu cepat… karena…
karena aku terlalu sayang sama kamu Dira… terlalu mencintaimu…
Dira… kamu
dengarkan…? Kembali kuusap kepalamu… bukan… bukan kepalamu… bukan wajahmu…
bukan tubuhmu… tapi nisanmu… yang mulai basah oleh rintik – rintik hujan… berdiri
indah di mataku… diantara nisan – nisan lain… yang bertuliskan tulisan indah…
Dira
Fitri Agusty
1985
– 2006
…THE
END
Inspired by A film, but oblivious title
Tackey
Edge of Road 2009
Komentar
Posting Komentar